KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang mana berkat limpahan rahmat
dan innayah-Nya. Makalah metodologi studi islam ini dapat terselesaikan,
meskipun dengan berbagai kekurangan mulai dari pendahuluan, pembahsan hingga
kesimpulan.
Pembahasan mengenai “Hubungan eksklusuf dan inklusif, islamisasi
sains dan purlisme agama–agama” akan menjadi slah satu pembahasan yang akan
kita bahas pada diskusi kali ini mulai dari definisi-definisinya hingga jabaran-jabarannya.
Akhirnya semoga makalah ini bisa bermanfaat sehingga bisa menambah
wawasan serta pengetahuan bagi kita semua. Aminnnn..
Metro, Mei 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Eksklusif dan Inkusif , untuk memetakan
persepsi muslim terhadap hubungan islam-kristen di indonesia “islam
komprehensif” dan “ islam reduksionis”.
Upaya menggagas islamisasi sains, dengan
demikian dapat dipahami dalam kerangka revolusi sains menurut Thomas Kuhn,
yaitu bahwa perkembangan sains dimulai dari krisis paradigma ilmu normal,
diikuti oleh pengajuan paradigma baru dan periode pengembangan sains normal
berbasis paradigma baru ini, kemudian diikuti oleh krisis lagi dan seterusnya.
Kerangka krisis paradigma sebagai perangkat revolusi atau pembaruan ilmu ini
juga harus diberlakukan atas ilmu-ilmu agama yang telah diturunkan dari Al
Qur’an dan Hadits.
Pluralisme agama telah menjadi salah satu wacana kontemporer yang
sering dibicarakan akhir-akhir abad 20, khususnya di Indonesia. Wacana ini
sebenarnya ingin menjembatani hubungan antaragama yang seringkali terjadi
disharmonis dengan mengatasnamakan agama, diantaranya kekerasan sesama umat
beragama, maupun kekerasan antarumat beragama. Islam adalah agama universal
yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, persamaan hak dan mengakui
adanya pluralisme agama.
2. Rumusan Masalah
1. Apa islam ekskulsif
dan inklusif
2. Apa sebenarnya islamisasi sains?
3. Apakah yang dimaksud pluralisme agama-agama?
3. Maksud dan Tujuan
Dengan adanya
makalah ini penulis ingin sekali mengajak para pembaca agar untuk dapat lebih memahami dan
mengetahui tentang materi ini yaitu islam eksklusif dan inklusif serta islamisasi
sains dan pluralisme agama-agama bisa bertambah, baik mengenai ajarannya maupun
sikap yang diajarkan didalam pelajaran tersebut
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
EKSKLUSIF DAN INKLUSIF
Isalmi
eklusif dan inklusif
menurut Dr.K.h. Didin hafidhuddin, M,Sc. Islam merupakan agama yang sangat
inklusif, dan bukan merupakan ajaran yang bersifat eksklusif. Tapi
inksklusifitas yang bermaksud perbedaan agama yang di pahami oleh kelompok liberal.”[1]
Inksklusifitas islam yang dimaksud adalah agama yang universal dan
dapat diterima oleh semua orang yang berakal sehat tanpa memperdulikan latar
belakang, suku bangsa, setatus sosial dan atribut keduniawian lainya.
Islam ekslusif dan inklusif adalah untuk menetapkan persepsi muslim
terhadap masalah hubungan islam dan kristen di indonesia. Saya mengajukan
“muslim komprehensif” dan “muslim reduksionis”
Fatimah mecontohkan
eksklusif dan inklusif di judul buku “Muslim-Chritian relation in the new
order indonesia: the exclusivist and inclusivist muslim.”[2]
Sebaai contoh, ia mnyebut organisasi eksklusif di indonesia adalah dewan dakwah
islamiyah di indonesia, (DDII), komite indonesia untuk solidaritas duniah
islam, orang-orang yang membela islam di cap eksklusif.
Diantara
ciri-ciri kaum eksklusif, menurut fatimah yaitu:
1.
Merekah yang menerapkan model penafsiran literal terhadap al-qur’an
dan sunah dan masa lalu karena mengunakan pendekatan literal, maka ijtihad
bukanlah hal yang sentral kerangka berfikir mereka
2.
Merekah berpendapat bahwa keselamatan yang bisa dicapai melalui
agama islam.bagi merekah, islam adalah agama final yang datang untuk mengoreksi
agama-agama lain. Karena itu merekah menggugat otentisitas kitab suci agama
lain.
Sedangkan
yang dimaksud kaum inklusif, memiliki ciri:
1.
Karena merekah memahami agama islam sebagai agama yang berkembang,
maka merekah menerapkan metode kontekstual dalam memahami al-qur’an dan sunah,
yang memerlukan teks-teks asas dalam islam dan ijtihad berperan sentral dalam
pemikiran merekah.
2.
Kaum inklusif memandang, islam adalah agama terbalik bagi
merekah:namun merekah berpendapat bahwa keselamatan di luar agama islam adalah
hal yang mungkin.
Jika kita cermati sejumlah tulisan Nurcholish madjid dan
budy munawar rahmat, merekah sudah masuk kata gori pluralis yang menyatakan
semua agama-agama benar dan sebagai jalan yang sah menuju tuhan dan iti bukan
inkusif lagi,karena penganut paham inklusif seperti yang di atas,
A. ISLAMISASI
SAINS
Islamasasi sains adalah
pandangan yang menganggap ilmu atau hanya sebagai alat (instrumen).artinya,
sains terutama teknologi sekedar alat untuk mencapai sebuah tujuan, sains itu
mempunyai dua makna. jika kita menganggap bahwa apa yang kita saksikan dalam
fenomena sains adalah “sebuah kenyataan yang sempurn,” maka kita akan melihaat
sains sebagai kebeneran indrawi. Sain juga pernah mengukuhkan bahwa kebeneran
mutlak adalah yang didasarkan pada panca- indrawi saja.
Dalam konteks ini , abu bakar siraj ad-din mengatakan, “if a
symbol is sometthing in a lower ‘known and wonted’ domain which the traveller
considenrs not only for its own sake, but also and above all in oder to have an
intuitive glinpse of the ‘universal and trange’ reality whict corresponds to it
in each of the hidden domain.”[3]
pandangan ini, tentu saja sesuai dengan al-qur’an yang mengatakan bahwa,
“sesngauhnya allah tidaak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang
lebih rendah dari itu”
Dibawah ini, kita akan membicarakan “tanda-tanda” yang merupakan
petunjuk kepada adanya “kesatuan wujud” itu, dan menjadi ruang pembuka hubungan
yang lebih harmonis antara sains dan agama. Kita catatkan terlebih dahulu
tetang cara membaca “tanda-tanda”itu, “dan proposisi-proposisi” pejalanan kita
(mengikuti tesis-tesis dari huston smith).
I.
Sesuatu itu tidak seperti yang kita lihat pada lahiriahnya,
II.
Selain dari yang kita lihat pada sisi lahirnya, terdapat “sesuatu
yang lebih dari itu.”
III.
“sesuatu yang lebih” itu, dapat diketahui dengan cara yang bisa
dilakukan.
IV.
Walaupun begitu, ia bisa diketahui dengan cara-cara yang memadai
untuk itu, cara yang luar biasa.
V.
Cara-cara tersebut memerlukan penyuburan (cultivation) atau
penyamaian.
VI.
Dan cara itu, juga memerlukan alat.
TESIS I.
Sesuatu itu tidak seperti apa yang kita lihat pada lahiriahnya
Salah satu dari tugas sains adalah menunjukan hakikat dari
kenyataan. Apa yang palina menakjubkan dari sains moderen, adalah kemampuanya
dalam menujukkan bahwa kenyataan tidak seperti apa yang kita lihat secara
langsung. Jika kita mengatakan bahwa meja ini bersifat pejal, maka sains akan
mengatakan bahwa,pada hakikatnya tidak begitu, sebab. Jika kita bisa melihat
atau mengecilkan meja sampai tingkat elrktron,maka yang akan kita lihat itu
adalah ruang itu kosong
Inilah contohnya bahwa setiap saat, indrawi kita “mengambarkan
sesuatu”tetapi indra kita telah di rancang sedemikian rupa sehingga tidak
memberitaukan kepada kita perkara yang sebenarnya.
Keterangan ini, juga mengingatkan kita kepada enekdot sufi yang
sering membuat dua lapisan bacaan: antara yang “terlahat” dan “tak
terlihat.”atau dalam filsafat india yang menyatakan maya. “Duniah ini
adalah khayalan” frithjof scohuon mengatakan: spiritual perspective and the
human facts.[4]
bahwa, “hidup ini adalah perjalanan satu maimpi, satu kesadaran, satu ego dari
maimpi keseluruhanya.
TESIS II.
Selain dari yang kita lihat pada lahiriahnya, terdapat “sesuatu
yang lebih” dan “itu” menakjubkan.
Di atas, kita sudah melihat bahwa sifat yang sebenarnya dari
“sesuatu itu” secara radiakal “berbeda” dari yang tampak. Mereka-para saintis
dan agamawan-juga menyutujui bahwa “yang berbeda” itu, lebih tinggi dari segala
yang kita alami dalam penglihatan sehari-hari. Sains juga ilmu yang berurusan
dengan kuantitas.maka istilah “sesuatu yang melebihi” itu dalam sains dinyatakan
bahwa dalam bentuk angka-angka. Misalnya, kita mendapatkan bahwa cahaya dari
sebuah galasi yang agax besar,dan paling dekat dengan bumi.
TESIS III.
“Sesuatu yang lebih” itu, tidak dapat diketahui dengan cara yang
biasa dilakukan.
Biasanya, para sainstis (ilmuwan) mengambarkan atas besarnya yang
suka dibayangkan di atas, dengan kata “mengagumkan” (siapa yang bisa
membayangkan angka bermilyar-milyar di atas). Tetapi sebenernya, ini baru
permulaan, yang belum apa-apa. Karena, kajian sains belakangan hanya
mengemukakan sesuatu yang tidak dapat diterka pikiran kita. Inilah yang terjadi
pada teori relativitas dan mekanika kuantum.Sementara itu, kuantum-yang
merupakan ilmu fisika tentand duniah mikro, subatomik-merombak total pandangan
tetang materi. Asumsi lama,
Pada tahun 1951, david
bohm melihat aspeks lain dari percobaan einstein podolsky dan
rosen. Sambil melanjutkan keraguan einstein,david bohm mendapatkan
prinsip itu muncul hanya karena tidak mampuan kita untuk menjelaskan ynag lebih
mendasar dari teori kuantum. Bohm menyebut tingkatan kenyataan artikel itu
sebagai, explicate orde, sememtara realitas dasar merupakan
sumber-sumber itu diistilaahkan Bohm sebagai implicate order..[5]
TESIS IV.
“Kelebihan” itu tidak bisa diketahui dengan car biasa, meskipun
begiu, ia bisa di ketahui dengan cara-cara yang luar biasa.
Apa yangkita lihat dari perkembangan sains baru ini, menurut kita
“berjalan lebih jauh.” Pada mekanika kuantum, sebagai mana dikatakan schiling,
dalam the new consciousneesin sciece and relrgion, bahwa,
“kesimpulan...akan paradoks materi gelombamng dicapai dengan memakai simbol
matematika semata (tentang makanika kuantum).
Begitu jagalah
dengan apa yang di sebut “visi mistik,” sehinhga keduanya sains dan mistik,
mempunyai pesan yang sama, yaitu:
Pertama: visi
alam yang baru itu adalah suatu yang terlalu hebat untuk diungkapkan dengan
kata-kata.
Kedua: visi ini
menunjukan bahwa eksistensis itu di sifatkan sebagai perpaduan yang tadak
lansung.
Ketiga: penemuan visi
ini menghidupkan rasa yang bahagia.
Keempat: rasa
bahagia ini bukan suatu kebetulan, tetapi ia adalah akibat logis dari penyebab
yang menyebabkannya:yaitu pencapaian kesatuan wujud, visi ketakjuban akan
merndahkan kepada pengalaman mistikal biasanya yang sering diangap sebagai
prasaan.
TESIS V.
Cara-cara
mengetahui yang luar biasa itu, memerlukan penyuburan (cultivation) atau
penyemaian.
Apa yang
penting dai realitas sains adalah perlunya kesunguhan dalam dedikasi. Untuk
menjadi ahli orang fisika, sekarang ini memerlukan waktu yang lama. Tiori
relativitas bisa dihapal beberapa menit, tetapa kajian bertahun-tahun tetang
teori ini, belum menjamin penguasaanya atas teori tersebut. Sehinga kesunguhan
didalam sains, menyerupai dedikasi para wali dan orang yang bercinta:setelah
mencapai kebersihan diri, maka pengalaman mistikal menjadi mudah dan biasa.
TESIS VI.
Pengetahuan
mendalam memerlukan alat.
Baik sains
maupun agama, keduanya memerlukan alat. Sains misalnya memerlukan teleskop,
kamera, spektroskop dan sebagainya. Mistik pun juga mempunyai alat, yang
terdiri dua macam. Untuk masyarakat yang buta huruf, ada dan dikenal
mitos,sedangkan bagi penduduk yang berperadapan maju, ada dan dikenal kitab
suci (sacred texs). Pada masyarakat yang tidak didatanga nabi, ia bisa
mencapai kebenaran dengan melalui kesadaran diri yang mendalam, karena “sifat
ketuhanan ada dalam diri manusia.” Kata huston smith,” hukum, peraturan dan
prinsip penghidupan yang diwahyukan adalah ibarat membongkar rahasia langit,
dan mengumumkan keagunggan Tuhan, tetapa didalam agama, alat-alat khusus juga
bisa dipaka’’[6].
B. PLURALISME AGAMA-AGAMA
Pluralisme agama adalah sebuah konsep yang mempunyai makna yang luas, berkaitan dengan
penerimaan terhadap agama-agama yang berbeda, dan dipergunakan dalam cara yang berlain-lainan pula:
I.
Sebagai pandangan dunia
yang menyatakan bahwa agama seseorang bukanlah sumber satu-satunya yang
eksklusif bagi kebenaran, dan dengan demikian di dalam agama-agama lain pun
dapat ditemukan, setidak-tidaknya, suatu kebenaran dan nilai-nilai yang benar.
- Sebagai penerimaan atas konsep bahwa dua atau lebih agama yang
sama-sama memiliki klaim-klaim kebenaran yang eksklusif sama-sama sahih.
Pendapat ini seringkali menekankan aspek-aspek bersama yang terdapat dalam
agama-agama.
- Kadang-kadang juga digunakan sebagai sinonim untuk ekumenisme, yakni upaya untuk
mempromosikan suatu tingkat kesatuan, kerja sama, dan pemahaman yang lebih
baik antar agama-agama atau berbagai denominasi dalam
satu agama.
- Dan sebagai sinonim untuk toleransi
agama, yang merupakan prasyarat untuk
ko-eksistensi harmonis antara berbagai pemeluk agama ataupun denominasi
yang berbeda-beda.
Paham
pluralisme agama tantangan keras dari semua agama. Selain islam dan vatikan, di
kalangan kristen protestan di indonesia juga muncul penentang berat tentang
paham ini[7].
I.
Islam
dan Pluralisme agama
Ada satu fakta yang tidak dapat diingkari, bahwa terminologi
pluralisme atau dalam bahasa arabnya, “al-ta’addudiyyah”,
tidaklah di kenal secara populer dan tidak banyak dipakai di kalangan Islam
kecuali sejak kurang lebih dua dakade terakhir abad ke-20 yang lalu. Yaitu
ketika terjadi perkembangan penting dalam kebijakan internasional barat yang
baru memasuku sebuah fase yang dijuluki Muhammad ‘imrah sebagai “marhalat al-ijtiyah” (fase pembinasaan)
yakni sebuah perkembangan yang prisipnya tergurat dan tergambar jelas dalam
upaya barat yang habis-habisan guna menjajahkan ideologi modernnya yang di
anggap universal, seperti demokrasi, pluralisme, HAM dan pasar bebas, dan
mengekspornya untuk konsumsi luar dalam rangka mencapai berbagai kepentingannya
yang sangat beragam. Suatu kebijakan yang telah di kemas atas dasar
“superioritas” ras dan kultur barat, serta penghinaan terhadap segala sesuatu
yang bukan barat, Islam khususnya, dengan berbagai macam tuduhan yang
menyakitkan, seperti intoleran, anti-demokrasi, fundamentalis dan sebagainya.
Maka sebagai respons terhadap perkembangan politis baru ini, masalah
“pluralisme” mulai mencuat dann menjadi concern kalangan cerdik-cedekia Islam,
yang pada gilirannya menjadi komoditas paling laku di pasar pemikiran Arab
Islam kontempoler. Barangkali bukti yang paling nyata mengenai hal ini adalah
maraknya karya, tulisan dan kajian ilmiah yang mengupas topik ini dengan volume
yang terus naik dalam periode ini. Sebagai karya tersebut merupakan kertas
kerja yang di bentangkan dalam seminar dan konferensi khusus tentang topik ini,
sebagian lain artikel dalam priodikal (majalah dan jurnak ilmiah),dan sebagian
kecil lainnya bagian dalam buku-buku.
II.
Pemikiran
pluralisme keagamaan dan teologi agama-agam
Pluralisme
tidakk dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk,
beranea ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru hanya
menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralisme. Pluralisme juga tidak boleh
di pahami sekadar sebagai ‘kebaikan negatif’ (negatif good), hanya di lihat
dari kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisisme (to keep fanaticism at bay).
Pluralisme harus dipahami sebagai “pertalian sejati kebinekaan dalam
ikatan-ikatan keadaban” (genuine engagement of diversities within the bonds
of civility)[8].
Bahkan pluralisme mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang di hasilkannya.
Dalam kitap suci justru di sebutkan bahwa Allah menciptakan mekanisme
pengawasan dan pengimbangan antara sesama manusia guna memelihara keutuhan
bumi, dan merupakan salah satu wujud kemurahan tuhan yang melimpah kepada umat
manusia. “seandainya Allah tidak mengimbangi segolongan manusia dengan
segolongan yang lain, maka pastilah bumi hancur; namun Allah mempunyai
kemurahan yang melimpah kepada seluruh alam.” (QS. Al – Baqoroh : 251)[9]
Kutipan
panjang pembuka di atas menegaskan adanya masalah besar dalam kehidupn beragama
yang ditandai oleh kenyataan pluralisme dewasa ini. Dan salah satu masalah
besar dari paham pluralisme yang telah menyulut perdebatan abadi sepanjang masa
menyangkut masalah keslamatan adalah bagaimana suatu teologi dari suatu agama
mendefinisikan dirinya di tengah agama-agama lain dalam bahasa john lyden,
seorang ahli agama-agama, “apa yang seseorang pikirkan mengenai agama lain di
bandingkan agama sendiri ?”. sehingga berkaittan dengan semakin berkembangnya
pemahaman mengenai pluralisme dan toleransi agama-agama, berkembanglah suatu
paham “teologi agama-agama” yang menekankan semakin pentingnya dewasa ini untuk
dapat “berteologi daam konteks agama-agama,” untuk suatu tujuan.
III.
Implikasi dan konsekuensi pluralisme
agama
Perlu diakui
bahwa pengkatagorian teori-teori pluralisme agama hanya kedalam empat tren
diatas tadi barangkali terkesan sedikit simplifikasi. Sebab, pada kenyataannya
fenomena pluralisme agama sangat kompleks dan tidak sederhana yang kita
bayangkan. Namun jika kita ingin benar-benar membincangkannya dan mengkaji
hakikatnya sebagai sebuah fenomena yang hidup di alam nyata. Kemudian berusaha
membedah, menganalisa dan menangkap implikasi-implikasinya, dan kemudian
menentukan sikap terhadapnya secara tepat dan akurat. Maka merujuk kepada peta
penyederhanaan realitas tidak saja absah secara logis tapi juga urgen secara
metodologis. Sebab tanpa bangunan pemikiran semacam ini, yang terjadi hanyalah
apa yang disebut William James “a bloomin ‘buzzin’ confusion”,
dimana tidak bisa di fahami kecuali kebingungan (confusion) itu sendiri.
Jika kita
perhatikan peta fenomena pluralisme agama (religious pluralism) sebagaimana
termanifestasi dalam tren-trennya yang dibentangkan dalam bab terdahulu bahwa
semua agama sama secara serius, seksama, kritis,dan obyektif, maka kita akan
segera dikagetkan dengan berbagai masalah dan isu mendasar yang berimplikasi
sangat berbahaya bagi manusia dan kehidupan keagamaannya secara umum. Sebagian
implikasi teori atau faham pluralisme ini erat menyangkut isu-isu yang bersifat
teoretis, epistemologis dan metodologis, dan sebagian lagi erat menyangkut
isu-isu HAM (hak-hak asasi manusia) khususnya kebebasan beragama (religious
freedom).
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Islam Eksklusif
dan Inklusif adalah agama-agama sebagai penerimaan atas konsep bahwa dua atau
lebih agama yang sama-sama memiliki kebenaran yang inklusif yang sama-sama
benar, dan dengan demikian di dalam agama-agama lainpun dapat ditemukan,
setidak-tadaknya suatu kebenaran dan nilai-nilai yang benar.
Islamisasi sains yaitu pandangan yang menganggap ilmu atau sains
hanya sebagai alat (instrumen). Artinya: sains terutama alat teknologi sekedar
untuk mencapai tujuan, islami sains adalah sebuah konsep dasar yang berkaitan
dengan orang muslim untuk mengembalikan islam menuju peradapan yang berjaya,
Puralisme agama-agama adalah sebuah konsep yang mempunyai makna
yang luas, yang berkaitan dengan penerimaan terhadap agama-agama yang berbeda,
dan di pergunakan dalam cara yang berlain-lain pula.kadang-kadang juga
digunakan sebagai sinonim, yakni upaya untuk mempromosikan suatu tingkat
kesatuan.
[1] dr.k.h. didin hafidhuddin,M,Sc. “Islam aplikatif” ( jakarta
gema insani. Th, 2003) hl 147-148.
[2] Fatimah, judul,”muslim-cristian relations in the new order
indonesia: the Exclusivits and Inclusivits muslim’ perspective”. Th 2004
hal.21 38
[3] Dalam bahasa teknisnya, simbol adalah suatu yang di ketahui memeng
lebih rendah dari pesan yang hendak disampaikan, dan orang peziarah tahu bahwa
simbol tidak hanya untuk simbol itu sendiri,tetapi juga di atas segalanya,
simbol itu perlu mendapatkan sebuah penglihatkan intuitif universal yang gelap,
lihat, abu bakar siraj-din, the book certianti,hal. 50-51.
[4] Frithjof shcuon, spiritual perspectives and the human facts.
Kehidupan ini adalah perjalanan suatu mimpi, (jakarta,parmadina, thn 2001)
hal.60-69.
[5] Kelanjutan pandangan David Bohm ini dapat dilihat di artikel dalam
buku ini “new age dan passing over”: zairah religus di tengah pluralitas
agama-agama, (jakarta, parmadina, thn 2001) hal.31-54.
[6] Huson Smith, forgetten trunh, the common vision of the lorld’s
religion, pada bab “the place of science,” (new york: Harper San
Francisco, 1992), h. 96-117.
[7] Dr. Stevri Indra lumintang,buku theologi abu-abu pluralisme
agama.malang ,Gandum perss,2004
[8] Munawar Budhy, Islam Pluralisme, pemikiran pluralisme keagamaan dan
teologi agama-agama (Jakarta: Paramadina, 2001), hal. 31.
[9] Nurcholish madjid,”masyarakat madani dan investasi demokrasi:
tantangan dan kemungkinan, republika 10
Agustus 1999.
nice :)
BalasHapusterima kasih bacaannya
sangat membantu :D
ych cma" yunda
BalasHapus